Raden Sosro Dihardjo adalah seorang pengembaran. Ia merupakan pengikut Diponegoro. Namun, karena adanya upaya dari penjajah Belanda untuk menangkap Diponegoro, maka para pengikutnya terpaksa harus mengembara mencari tempat yang lebih aman dan strategis. Perjalanan jauh itu membuahkan hasil, karena Raden Sosro Dihardjo bisa menemukan sebuah lahan yang cukup luas dengan bantaran yang sangat berpotensi untuk ditanami aneka tanaman pangan. Hingga akhirnya, Raden Sosrso Dihardjo atau yang dikenal dengan Nama Mbah Mangu memilih singgah di sebuah tempat yang nantinya akan berdiri sebuah desa bernama Mangunrejo. Melihat lokasi yang sangat strategis, dengan kondisi lahan yang terbatas maka Mbah Mangu menamakan lahan tersebut dan menyinggahinya dengan memberi nama Mangunrejo. Nama Mangunrejo itu diambil dari bahasa jawa “Mbangun-Rejo ( Rejeh, Rame )” atau sebagian. Lahan sebagain itu kemudian disambungkan, hingga akhirnya tergabung dalam sebuah desa bernama Mangunrejo.
Berjalannya waktu, sekitar tahun 1821, penjajah mulai masuk ke dalam lahan yang ditempati oleh Sosrso Dihardjo. Hinggga akhirnya, Sosro Dihardjo diasingkan tidak diketahui secara pasti alasan Belanda mengasingkannya. Hingga akhirnya, karena penjajah ingin menguasai sumber pangannya, lalu penjajah mengangkat orang pribumi yang kaya raya dan pandai dalam mengelola pemerintahan yang bernama Mbah Blorong. Melihat kondisi lahan di wilayah Mangunrejo yang sudah semakin padat kepemimpinan pemerintahan desa Mangunrejo diberikan kepada anaknya yang bernama Ki Brengok. Selang beberapa puluh tahun kemudian Ki Brengok meninggal dunia dan cambuk kepemimpinan diserahkan kepada adiknya yang bernama Ki Gembung atau yang dikenal dengan nama Glondong Gembung.
Pemimpin Desa Mangunrejo Dari Masa ke Masa
Glondong Gembung merupakan orang yang dianggap penting oleh penjajah. Karena, beliau adalah keturunan Raden Sosro Dimedjo. Setelah wafatnya , pada tahun 1888 diangkat menjadi pemimpin desa Mangunrejo. Seiring berjalannya waktu, Glondong Gembung bisa mengakomodir lima dusun tersebut untuk menjadi satu desa. Yakni, Desa Mangunrejo dengan lima buah dusun yaitu Dusun Mangunan, Dusun Karangmalang Dusun Kuwukan, Dusun Gerdu dan Dusun Kedompon. Melihat peluang yang sangat besar di bidang pertanian, pada tahun 1821 Glondong Gembung memiliki inisiatif untuk membuka saluran irigasi. Namun, baru dilakukan pengerukan beberapa tahun, Glondong Gembung meninggal dunia. Usia yang sudah tua, mengantarkan Glondong Gembung untuk berhenti dari jabatannya. Barulah, pada tahun 1936 Glondong Gembung diganti oleh anaknya bernama Resa Dimedjo. Prestasi yang ditinggalkan selama kepemimpinan Glondong Gembung sangat banyak. Bahkan, ada beberapa yang masih bisa dirasakan sampai saat ini. Diantaranya, meneruskan pembangunan selokan Mangunrejo. Selokan tersebut mampu mengaliri 57 hektare lahan. Dan tidak hanya di desa Mangunrejo, tetapi pembangunan selokan tersebut mampu mengairi lahan di desa tetangga, seperti halnya lahan desa Perboto, Mangunrejo, Balekambang, Candi, dan Karangrejo.
Model Demokratis
Setelah Resa Dimedjo wafat, kemudian warga desa menyelenggarakan proses pemilihan. Calon kepala desa dengan cara acungan tangan, dan pada waktu itu yang jadi lurah adalah Raden Kardimin Karto Mihardjo. Hampir 18 tahun memimpin, Raden Kardimi Karto Mihardjo cukup banyak hal yang ia wariskan. Setelah itu, pada tahun 1966 dilakukan pemilihan kepada desa. 5 kandidat yang maju pilkades adalah Sastro Pawiro, ( Gumawang ) Ny Endar Sukini (Mangunan), Priyo Admjo (Mangunan), Sumarno (Mangunan), Wonso Dimedjo ( Karangmalang ). Akhirnya, Satro Pawiro terpilih sebagai kades Mangunrejo. Ia adalah putra dari mendiang Mbah Raden dari Dusun Gumawang yang pernah maju kepala desa di desa Mungkung.dan pada tahun 1966 Sastro Pawiro didaulat karena tersandung politik ( G30 SPKI ). Kemudian Pemerintah Kecamatan Mengangkat Ngali Dimedjo sebagai PJ mulai tahun 1966 s/d tahun 1976.
Setelah itu, pada tahun 1976 dilakukan pemilihan ulang. Pemilihan itu diikuti oleh 4 orang, yakni Raden Sugeng Priyanggono ( Anak dari Raden Kardimin Karto Mihardjo ), Marjono,Ngadul, dan Dolah Sudjak Proses pemilihan tersebut, mengantarkan Raden Sugeng Priyanggono untuk memimpin desa Mangunrejo sejak tahun 1976 hingga 1982. Pada masa kepemimpinannya banyak sekali bangunan yang ditinggalkan seperti Balai Desa, Lapangan Bola, Pasar Desa , SD Inpres, dan Jembatan Kali Srago.Sayangnya, belum habis masa jabatanya sudah diberhentikan karena terkena masalah. Kemudian pemerintah kecamatan mengangkat Ngali Dimedjo untuk menjabat PJ Kepala Desa yang kedua kalinya pada tahun 1982 s/d tahun 1985. Pada tahun tersebut diadakan pemilihan Kepala Desa yang di ikuti 3 orang yakni Sukiyo, Sugiyanto, dan Suparno Hadi Wijoyo. Proses pemilihan tersebut mengantarkan Sukiyo untuk memimpin Desa Mangunrejo sejak tahun 1985 s/d tahun 1994. Prestasi yang bisa dihasilkan Sukiyo selama memimpin, adalah rolak jalan, perbaikan jalan, rolak antar desa, dll.
Pada tahun 1994 digelar pemilihan kembali, yang di ikuti 2 orang yakni Sukiyo dan Wagiyo. Namun, masyarakat mempercayakan kepemimpinan desa kepada Wagiyo. Selama memimpin sejak tahun 1994-2002 cukup banyak prestasi yang berhasil dilakukan oleh Wagiyo. Diantaranya, pembangunan renovasi balai desa , rolak jalan kuwukan, dan betonisasi gang.
Setelah itu, tahun 2002 digelar pemilihan kepala desa, 3 kandidat yang maju yakni, Sukiyo(Mangunan), Nimun Nitiharsono ( Kuwukan ) dan Solikhin (Mangunan). Namun, yang terpilih adalah Solikhin 11 tahun memimpin sejak 2002-2013, Solikhin berhasil memberikan kenang-kenangan berupa Gedung Serbaguna, Bangun Pasar (Renovasi Pasar), aspal jalan Mangunrejo-Cledok, PAUD, program PNPM, pelebaran jalan ke makam, PKD, dan Dam Simrica.
Munculnya perda baru, pada tahun 2013 membuat Solikhin tak bisa maju lagi. Hingga akhirnya, pemilihan kepala desa tahun 2013 desa Mangunrejo diikuti 4 orang yakni Amin Kurniyanto,SE ( Karangmalang ) Ny Rohimah (Istri Solikhin) , Bani ( Mangunan ), dan Ny Suprihati ( Mangunan ). Hasil pemilihan tersebut menghasilkan keputusan terpilihlah Amin Kurniyanto,SE sebagai kepala desa hingga sekarang. Pertama memimpin, Amin Kurniyanto,SE melakukan bebagai gebrakan baru. Diantaranya, sudah berhasil mengantarkan pembangunan gedung serba guna, bedah rumah, pembangunan posyandu, pembangunan MCK, pembangunan betonisasi Jalan, Pengerukan Solokan Mungkung dan lain sebagainya.
Dikarenakan Masa Jabatan Kepala Desa Amin Kurniyanyo, SE Berakhir pada tanggal 01 Agudtus 2019 Maka Pemerintah Desa Desa Melalui BPD Mengadakan Pemilihan Kepala Desa yang diikukti Oleh 2 orang yakni Suwarno ( Mangunan ) dan Sumarmo ( Mangunan ). Hasil pemilihan tersebut menghasilkan keputusan terpilihlah Suwarno sebagai kepala desa tahun 2019 - 2025.